Berpetualang Di Bandung

19.02


Halo, kembali lagi dengan cerita liburan aku dan teman-teman. Kali ini kita pergi ke sebuah daerah yang lumayan jauh, bahkan sampai ke luar kota, tidak lain ke kota Bandung. Pertama-tama sebenarnya kita hanya bergurau dan berkhayal ria saat masa magang.
"Ayo jalan-jalan yuk", celetuk salah satu temanku yang sambil melihat promo dan situs tiket.
"Mau kemana sih?", jawabku yang duduk disebelahnya.
"Ke Bandung dong, belum pernah soalnya, setidaknya menginjakkan kaki deh".
"Naik kereta ke Bandungnya?".
"Iya naik kereta dong belum pernah nih naik kereta kalo keluar kota", celektuk salah satu teman dari bangku sebelah.
 "Mau coba naik kereta eksekutif dong".

Karena saat itu belum di backup semua foto yang ku ambil hilang. Jadi semua foto dalam postingan ini dari footage Andi Batari Ahmad (Aba) dan Siti Heryana (Yana).


Tanpa basa-basi lagi Aku dan Yana melihat jadwal dan harga tiket, kebetulan lagi ada promo untuk kereta eksekutif. Kita menentukan jadwal berangkat yang kita pilih pagi hari yaitu pukul 05.00 pagi kalau tidak salah, dan pulang pukul 20.00 (karena kami tidak diizinkan menginap) jadi 1 hari saja kami akan jalan-jalan ke Bandung.

   Waktu magang akhirnya berakhir, syukur di tempat magang kami dibayar walau tak banyak, itu sangat membantu untuk jajan di Bandung he he he. Kami berangkat pada tanggal 29 Agustus 2017, pada pukul 05.00 pagi kereta sudah berangkat. Kami memutuskan jam 04.00 sudah ada di stasiun keberangkatan. Yang pertama tiba di satsiun adalah Aku, tak lama kemudian Yana tiba, sambil menunggu yang lain terlihat Evi yang sudah tiba di stasiun, kurang satu orang lagi yaitu Aba. Adzan shubuh sebagai tanda untuk melakukan sholat terdengar di dalam stasiun, Aku masih menunggu Aba sambil menelponnya namun tidak dijawab, Evi dan Yana langsung pergi untuk sholat. Tak lama setelah mereka selesai sholat, mereka yang menunggu Aba, sedangkan Aku pergi sholat. Ku kira setelah sholat Aba sudah tiba, ternyata Aba masih belum mengangkat telponnya. Ketika di sms Aba masih di rumahnya, sedangkan kita 30 menit sudah di dalam kereta. Waktu terus berjalan pengumuman kereta dengan tujuan Bandung terdengar dari tempat kita menunggu Aba. Namun Aba masih belum tiba di stasiun, pengumuman itu terus-menerus berbunyi, hingga akhirnya kereta berangkat. Tak lama telponku berdering, ternyata Aba menelpon dan menanyakan kedaan kita.
"Kalian dimana?", tanya Aba.
"Aba, dimana?, keretanya sudah berangkat 15 menit yang lalu", jawabku langsung.
Mendengar hal itu mungkin Aba sedikit terkejut.
"Seriusan?, Aba baru sampai nih di stasiun".
"Yaudah Aba ketemuan dulu sama kita sini di bagian selatan stasiun ya".
Sambil menunggu Aba dan bingung harus bagaimana, kami pergi makan dahulu (lebih tepatnya sarapan dadakan, karena dari berangkat gak ada yang makan). Tak lama Aba muncul dan langsung menghampiri dengan wajah yang sedikit panik.
 Setelah semua berkumpul dan sarapan terlebih dahulu, untuk dapat memikirkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Ternyata tiket tidak bisa di-refund, hanya tiket yang langsung beli di stasiun saja, kalau tiket dari situs website penjualan tiket semacam travel*ka dll tidak bisa. Otomatis tiket tersebut dinyatakan hangus.
 
   Akhirnya Aba yang mengganti tiket keberangkatan kita semua, karena tiket balik dari Bandung-Jakarta masih bisa digunakan. Akhirnya kita beli tiket langsung dimana berangkat jam 08.00 WIB dengan harga 80.000 satu orang kereta ekonomi. Memilih kursi yang tidak jauh dari pintu masuk kereta. Sambil menunggu kereta datang kita duduk sambil berbincang-bincang tidak jelas.

   Kereta tujuan Bandung-Jakarta telah tiba, kita langsung menuju gate. Saat itu gerbong kita ada di paling ujung. Kami duduk dikursi yang saling membelakangi dan Aku kasihan sama Yana, karena kaki Yana panjang mau tidak mau dia kesempitan. Aku dan Yana duduk di belakang dan di depan kami Evi dan Aba.


   Akhirnya kita berangkat ke Bandung. Karena posisi duduknya salah jadi pemandangan terlihat berjalan mundur. Saat itu Yana membawa kartu untuk dimainkan bersama, karena posisi kita yang bertolak belakang lumayan sulit untuk bermain hehehe.... Sambil nyemil dan lain-lain, sepertinya perjalan membutuhkan waktu yang cukup lama, tak terasa mereka sudah terlelap. Sepanjang perjalanan di suguhkan dengan pemandangan hijau dan terlihat sejuk (ya karena di jakarta kebanyakan pemandangan gedung-gedung).

  Sekitar 2-3 jam perjalanan akhirnya sampai di Stasiun Bandung.


   Sesampainya kita di Bandung, kita memesan taksi online untuk menuju Maribaya. Tidak membutuhkan waktu yang lama akhirnya taksi online tiba di lokasi. Karena sudah lama tidak ke Bandung, banyak tempat yang berubah, terakhir kali ke Bandung ketika masih umur 10 tahun kalau tidak salah. Ternyata lokasinya menuju Maribaya jauh juga dari pusat kota, sekitar satu setengah jam perjalanan. Sesampainya kita di lokasi Maribaya, kami sedikit bingung karena tampilannya sedikit berbeda dengan yang ada di foto.

   Waktu sudah menunjukkan tengah hari, dimana waktunya untuk melakukan ibadah sholat. Setelah sholat kita masuk ke tempat wisata Maribaya tersebut. Udara yang sejuk dan segar, serta pemandangan hijau nan asri membuatku merasa tenang dan segar. Sepanjang jalan ada tempat untuk berfoto ria, hanya saja semua tempat yang bisa dijadikan foto selalu bertarif. Mungkin bukan hari libur, jadi lokasinya cukup sepi. Disini juga terdapat peternakan kecil, isisnya ada kelinci, domba, dan masih banyak lagi.

    Sebentar sepertinya ada yang aneh, ternyata salah lokasi tempat wisata. Maribaya yang dituju itu Maribaya Lodge sedangkan lokasi kita jauh dari Maribaya Lodge. Ternyata Maribaya yang di kira tujuan wisata kita adalah Maribaya Resort, pantas sepanjang berkeliling tidak menemukan lokasi yang sama persis dengan difoto. Mau tidak mau kita ongkos lagi, karena lokasinya lumayan jauh. Setelah memesan taksi online akhirnya kita melanjutkan perjalanan. Ketika menuju lokasi sang supir melihat sebuah tanda dengan tulisan "Jalan Pintas", berinisiatiflah sang supir untuk lewat jalur tersebut. Dengan menggunakan goole map yang memandu arah jalan, tibalah disebuah perkampungan. Melewati jalanan yang kecil dan curam. Keanehan mulai terjadi ketika google maps tidak lagi bersuara untuk memberitahukan arah jalan, yep jalanan yang sudah dilalui kembali dilewati lagi. Artinya saat itu juga kita semua kesasar, tapi supirnya tidak sadar sampai-sampai hampir 2 kali lewat perkampungan lagi. Ketika supirnya sadar kalau kita hanya berputar-putar, diputuskanlah untuk kembali ke jalan umum besar. Selama perjalanan supirnya baru cerita.
"Maaf ya neng, saya kurang tau jalan kalau daerah ini, soalnyasaya warga Bandung Kota".
Pantas saja kita tersesat.

    Akhirnya setelah 1,5 jam perjalanan (karena tersasar jadi lama) kita sampai dilokasi yang sesungguhnya. Dari tempat lokasi yang cukup jauh dan bisa dibilang berada di paling puncak, kita akan diantar dengan mobil shutler menuju lokasi wisatanya. Ketika didalam mobil sang supir memberikan sebuah nasihat.
"Neng kalau nanti mau naik taksi online atau angkot jangan pas di dekat sini neng".
"Kenapa kang emangnya?".
"Nanti malah dipalakin abang ojek pangkalan sini, kalau mau naik taksi online atau angkot neng jalan dulu sampai jalan yang tadi lagi di cor".
"Soalnya biasa neng, rebutan pelanggan, kalau naik angkot nanti abang supirnya biasanya diomelin sama dipalakin".
Sepertinya harus hati-hati ini. Tibalah kita di pintu masuk tempat wisata, untuk harga tiket dikenakan 20.000/orang. Sesampainya kita langsung lihat pemandangan yang hijau, tapi mungkin karena sudah sore (hampir Ash'ar) matahari bersinar terik (ku kira tetap tidak panas walau kena matahari di puncak, ternyata tetap panas juga). Kita menuju beberapa tempat spot yang bagus untuk foto.

    Kita bisa foto-foto dengan beberapa spot yang keren dengan harga 20.000 untuk foto. Kita mencoba untuk memilih spot foto balon udara (seakan-akan kita sedang naik balon udara).


    Sebelum membayar untuk foto kita sempat bertanya, apakah sudah termasuk hasil cetak fotonya dan softcopynya?, kata staff yang berjaga di pintu masuk foto menjawab "iya". Oke deh kita memutuskan foto. Sang fotografer mengarahkan bagaimana agar terlihat bagus, kira-kira ada 10/16 jepretan foto yang dihasilkan. Setelah selesai kita memutuskan untuk istirahat sejenak pada sebuah tempat kecil yang teduh.


    Sudah sore jadi cahaya mataharinya erik ke arah kita. Waktu sudah menunjukkan Ashar (pertengahan sore). Setelah istirahat dan waktu sudah sore, kita memutuskan untuk pulang. Ternyata pintu keluar tempat wisata jauh dan harus mendaki. Sesampainya dipintu keluar ada stand untuk mencetak foto yang tadi (lumayan panjang antriannya). Setelah mendapat antrian dan barisannya, hal mengecewakan terjadi.
Ternyata untuk ambil foto berupa softcopy saja harus bayar (softcopy doang, gak dicetakin) dan terkejutnya lagi 1 foto ditarif dengan harga 10.000. Ini bertentangan denganapa yang dikatakan staff tadi. Banyak foto yang bagus tapi masa 1 softcopy foto bayar 10.000 (sebagai liburan kantong mahasiswa yang dadakan nekat pergi ini termasuk mahal). Saat proses memilih ternyata banyak )entah itu termasuk staff atau bukan) tapi ku melihatnya sebagai calo, selalu diperhatikan serasa ditatap dengan mata tajam. Jadinya kita hanya ambil 1 foto softcopynya saja.


    Hasilnya bagus tapi cara sistemnya kurang suka. Untuk kembalinya kita akan naik mobil terlebih dahulu. Sekitar 15 menitan sudah sampai dititik awal, waktunya kembali ke stasiun sebelum jam 8 malam (kereta terakhir Bandung-Jakarta). Setibanya di titik awal banyak abang ojek menawarkan diri, hanya saja mahal dan itu cuma sampai turun dari daerah maribaya. Ditarifkan 30.000 untuk ojeknya, kalau naik angkot mungkin 5-10.000 saja. Sesuai dengan nasihat abang tadi, kita memutuskan untuk jalan sampai daerah yang sedang di cor itu. Sepanjang perjalanan menuju sana ternyata abang ojeknya ngikutin dari belakang dan berusaha menawarkan jasa tumpangan ojeknya ( hal ini gak nyaman buat ku), karena diikutin terus menerus gak cuma satu orang tapi yang ngikutin banyak. Karena lumayan jauh ada salah satu mini market, dan kita istirahat sekalian beli minum dan nunggu angkot. Mencoba untuk order taksi online (tapi sepertinya tidak akan ada abang taksi online yang mau ambil di daerah ini, karena lokasinya yang benar-benar diujung dan jauh). Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, langit mulai gelap. Kita meneruskan perjalanan dan sepertinya angkot sudah mulai jarang terlihat. Tak terasa selama berjalan abang ojek yang tadi masih ngikutin dan tetap memaksa menawarkan jasa ojeknya. Ia menawarkan bonceng 2 orang cuma 25.000 saja (hmmm... tunggu dulu itu artinya kita di atas motor ber 3'an). Kami tetap berjalan dan menolak tawaran yang dilakukan abang ojeknya. Jujur ini seram, karena abangnya dari tadi ngikutin sampai sejauh ini. Suhu dan angin mulai terasa dingin, matahari sudah mulai terbenam, suara adzan Maghrib terdengar. Tak jauh dari sana sebuah Masjid besar dan ternyata itu kawasan sebuah pesantren, kita memutuskan untuk melakukan ibadah terlebih dahulu.

    Ada kejadian lucu saat ingin menumpang sholat disana, saat mengambil wudhu ada 2 tempat yang berbeda. Yang satu untuk wudhu wanita dan satu lagi wudhu untuk laki-laki tapi tidak ditulis seperti itu melainkan menggunakan bahasa arab. Tentu saja kita masuk ke tempat wudhu khusus wanita (Akhwat), mungkin karena jarang ada orang umum (perempuan) yang wudhu disana ada salah satu murid pesantren laki-laki (Ikhwat) datang (mungkin ditempat wudhu laki-laki penuh, jadi dia ke tempat wudhu wanita). Sepontan anak pesantren itu terkejut melihat ada kita, sambil menyebut Astagfirullahaladzim dengan wajah terkejut seketika menutup wajahnya dengan tangan dan membalikan badan, dan berlari ke arah tempat wudhu laki-laki.

    Setelah sholat berjamaah kita kembali ke jalanan dan menunggu angkot yang lewat kira-kira jam setengah 7 kurang. Tapi dari tadi angkotnya gak da yang terlihat, tanyalah Yana ke salah satu satpam pesantren. Kata bapaknya kalau angkot jam 5 terkahir jam segini mah udah gak ada angkot. Sambil berusaha memesan taksi online, kita meneruskan berjalan kaki. Jalanan yang gelap dan tidak tau ini daerah mana, sudah gitu kita semua perempuan ini hal ternekat sih. Kita berhenti di sebuah tempat (ada warung makan) dan melihat jalanan ke depan yang sangat amat gelap, hanya ada satu lampu yang menyala setelahnya tidak ada apa-apa. Seorang bapak dari warung makan bertanya.
"Mau kemana neng?!", mendekat ke arah kami.
"Mau turun pak dari sini".
"Oh, angkot mah gak ada jam segini", tiba-tiba masuk lagi ke warung makan.
Seorang bapak yang lain datang ke arah kami, ternyata bapak yang sebelumnya itu bilang ke salah satu abang ojek yang sedang di warung makan.
"Neng, ojek neng".
"Nggak pak, makasih".
Bapak yang ini tidak memaksa, jadi langsung kembali ke warung makan, tapi tatapan dan caranya kemabali ke warung makan seperti kesal.

    Kami mulai menjadi gila hahaha... celetukan "Nebeng aja", terucap dari kami. Berhentiin mobil di jalan aja terus kita numpang. Yana dengan percaya diri melakukan hal yang belum pernah di coba, yaitu meminta joki tebeng. Dengan mencoba memberanikan diri Yana akhirnya mencoba untuk menulurkan tangan (seakan-akan meminta tumpangan). Beberapa mobil hanya melewati begitu saja, tak lama kemudian sebuah mobil pick up melaju. Dikira saat itu mobil tersebut tidak berhneti, dan ternyata tidak jauh dari sana mobilnya berhenti. Tanpa pikir panjang langsung deh lari ke arah mobil pick up tersebut.
"Kang boleh nebeng gak dibelakang?".
"Emang mau kemana neng?".
"Ke stasiun Bandung kang".
"Wah itu jauh neng, kita gak sampai sana, tapi kalau mau dianter sampai ke jalanan utama".
"Tapi neng bayar uang bensin".
"Oke deh kang gak apa".
"Maunya berapa kang uang bensinnya?".
"Neng maunya berapa?".
Patokin harga dulu biar gak mahal, "Kalau 25.000 mau gak kang?".
Akang yang di dalam mobil berdiskusi.
"Kalau gitu 50.000 ya neng?".
Tanpa pikir panjang "Iya kang gak papa".
"Yaudah naik, bisakan?".
Langsung menuju belakang mobil pick up. Sebentar mobil pick up itu yang kebuka belakangnya, bingung menyebutnya (yang biasa bawa pasir/kambing).
Setelah semua naik mobil itu melaju. Jalanan yang sangat amat gelap (benar-benar gelap) kita lalui.
    
    Sepanjang jalan kita tertawa tidak jelas karena ini pertama kalinya kita berempat naik mobil pick up yang berhasil di joki Yana. Dan ini pertama kalinya Aba naik mobil seperti ini dalam keadaan seperti ini hahaha. Udara yang mulai terasa dingin, jalanan yang gelap hanya di temani cahaya dari bintang di langit menjadi perjalanan yang unik, aneh, dan sedikit menegangkan. Jalanan yang dilalui juga berlubang dan tidak terlalu rata, karena sudah terbiasa dengan gelapnya jalanan, kita baru sadar sebelah jalan ini tebing. Hal yang dipikirkan saat itu, "kalau saja kita naik jasa ojek tadi (tidak pakai helm sama sekali) bonceng bertigaan, jalanan seperti ini, sudah malam seperti apa nasibnya saat itu?".

    Sepertinya setengah perjalanan sudah terasa, Maribaya Resort sudah dilalui menjadi tanda sebentar lagi sampai di dekat perkampungan. Lampu-lampu jalanan, rumah-rumah kecil sudah terlihat, jalanan yang penuh dengan kendaraan lain, suara yang ramai, dan akhirnya tiba di jalan utama. Sesampainya di jalan utama, beberapa orang yang sedang nongkrong atau beristirahat melihat heran ke arah kita (mungkin karena kita perepuan yang naik mobil pick up malam-malam, kesannya seperti anak yang kabur dari pesantren kali ya?!). Tak lupa mengucap terima kasih sudah mau diberikan tumpangan sampai ke jalan utama.
"Akang makasih ya kang".
"Iya sama-sama neng, naik angkot yang itu, yang arah sana ya, neng nanti langsung ke stasiun Bandung".
"Oke deh kang makasih kang" ucap kami dengan rasa lega.
Sesuai petunjuk dari akang tadi kita akhirnya naik angkot untuk menuju stasiun Bandung. Perjalanan dimulai kembali, waktu sudah hampir menunjukkan jam 8, sedangkan tiket pulang jalm 8.45 kereta sudah berangkat. Ketika diperjalanan, beberapa pasar, tempat nongkrong, dan jalanan yang macet menjadi hal yang tidak terduga. Sambil menatap jam tangan, sambil merasa resah. Ternyata untuk ke stasiun Bandung cukup jauh (karena jalanannya satu arah, untuk ke seberangnya butuh memutar beberapa daerah yang lumayan jauh).

    Jeng jeng jeng... pukul 08.59 malam sudah tiba, dan kita masih kena macet luar biasa di jalanan, itu artinya kita gak bisa pulang ke Jakarta malam ini ha...ha...ha... haduh. Sesampainya di stasiun Bandung kereta sudah tidak ada (kereta tujuan Bandung-Jakarta yang terakhir sudah jalan). Merenung, dan mari lihat tiket pulang besok. Sudah malan, kelaparan, tidak tau harus tidur dimana dan nekat tidur di stasiun aja (tapi gak yakin). Aba berusaha menghubungi sepupunya yang kebetulan kuliah di Bandung, Yana mencoba menghubungi temannya juga yang sedang tinggal di Bandung. Sambil menunggu respon dari orang-orang yang telah dihubungi kita mencari makan terlebih dahulu karena lapar. Menelusuri jalanan malam-malam, beberapa restoran dilalui, beberapa tempat menginap, seperti motel dan hotel terlewati hingga sampai di perempatan jalan. Dari semuanya uang untuk makan harus di hematkan, karena untuk beli tiket pulang. Di sebuah sudut jalan terdapat abang nasi goreng yang sepertinya akan berjualan, langsunglah kita datangi. Abangnya belum siap benerin tempat jualannya kita udah nagkring pesan masing-masing porsi.

    Ayam tadi pagi masih ada, bagi yang masih lapar silakan dimakan. Perut sudah terisi, sekarang tinggal bagaimana menemukan tempat untuk tidur. Tak lama sepupu Aba memberi kabar, kalau mau menginap di rumah temannya yang perempuan (karena sepupu Aba laki-laki dan kosan laki-laki jadi gak enakan). Masalahnya teman perempuannya itu tidak kita kenal sama sekali, kita sebagai orang asing yang tidak dikenal menumpang menginap. Katanya itu rumah sendiri dia tinggal sama adik laki-laki saja, orang tuanya kerja diluar kota. Setelah meminta izin dan mendapat izin dari teman perempuan sepupu Aba, kita menuju lokasi menggunakan taksi online. Suasana jalan mulai terasa sepi menunjukkan sudah hampir tengah malam. Sampailah kita pada sebuah perumahan, untungnya dapat supir taksi online yang baik sampai ditungguin orang rumahnya keluar. Tak lama seorang perempuan berambut panjang dengan kacamata keluar dari rumah tersebut, sambil menyuruh kami masuk.

    Namanya Desi seorang mahasiswi dari salah satu universitas di Bandung. Setelah masuk ke dalam rumah Desi menyiapkan beberapa kasur, bantal hingga selimut. Kami menceritakan apa yang telah terjadi ke Desi.
"Kalian perempuan loh, malam-malam naik mobil pick up".
Seakan-akan itu hal yang tidak bisa dibayangkan. Pukul sudah menunjukkan 12.00 malam, kami tidur di ruang tamu bersama-sama (Desi sempat menawarkan sebuah kamar, tapi kita lebih memilih untuk tifur bersama di ruang tamu). Rasa lelah dan letih menjadi obat tidur untuk kami (tidurnya pada lelap), kecuali Aku (karena bukan tidur di rumah sendiri jadi suka sering terbangun).

    Terdengar suara Adzan Shubuh, menjadikan tanda bahwa pagi akan tiba. Tak lama setelah melakukan ibadah, beberapa dari kami lanjut untuk tidur hingga pukul 09.00 pagi. Ketika jam sudah menunjukkan 09.30 kami harus bergegas untuk berangkat ke stasiun Bandung, kalalu tidak tiket akan hangus lagi. Sebelum berangkat kami sempat berpamitan dengan Desi.
"Kalau liburan ke Bandung bilang-bilang ya, biar bisa dianter kalau nggak nginep sini juga boleh".
Untuk Desi, terima kasih atas kebesaran hati yang telah kau berikan.
Taksi online sudah tiba waktunya berangkat.

    Pukul 10.00 kita sudah sampai di stasiun Bandung, ingin membelikan sesuatu yaitu oleh-oleh. Karena kebetulan ada di Bandung kita mau mencoba membeli kue Makuta, tapi kalau beli di stasiun biasanya harga lebih mahal. Diputuskan untuk membelinya langsung di outlet, lokasinya tidak terlalu jauh juga sih. Pesan taksi online lagi untuk ke lokasi, karena kereta berangkat sekitar jam 11.00 siang. Jeng...jeng...jeng saat menuju lokasi outletnya kena macet parah dan sesampainya di outlet beberapa cake nya habis, padahal mau mencoba yang rasa coklat dan strawberry. Sisanya keju, blueberry dan... maaf lupa rasanya apa aja.

   Oke oleh-oleh sudah didapat waktunya cepat kembali ke stasiun Bandung. Dengan rasa khawatir dan tidak tenang kami melewati daerah yang kena macet lagi. Jarum jam sudah hampir menyentuh angka 11, syukur kita tepat waktu sebelum kereta itu berangkat kami sempat membeli makan (lapar karena makanan terakhir kemarin nasi goreng dan ayam fried chicken). Sebuah pengumuman kereta akan berangkat terdengar, akhirnya kami pulang. Selama perjalanan kita hanya tertidur, sesekali bangun dan kembali memejamkan mata.

   Sekitar 3 sampai 3.5 jam perjalan berlalu, sebuah pemberitahuan bahwa stasiun Gambir mejadi pemberhentian dari perjalanan. Kami bergegas dan membawa barang-barang keluar dari kereta dan menuju pintu keluar. Sebelum keluar dari stasiun, sudah waktunya untuk melakukan ibadah Dzuhur terlebih dahulu, secara bergantian.

    Seseorang tiba-tiba datang menghampiri (masih belum sadar itu siapa), ternyata salah satu senior di kampus sedang magang. Setelah menyapa dan sepertinya sedang sibuk, tak lama mereka sudah selesai melakukan ibadah. Turun ke lantai bawah dan akhirnya keluar dari stasiun Gambir menjadi tanda kita akan berpisah. Evi yang saat itu memarkirkan motornya di stasiun terkejut dengan harga parkirnya yakni sekitar 72.000 karena sudah menginap sehari motornya.

    Begitulah cerita petualangan yang terjadi sat liburan ke Bandung tahun 2017. Mungkin ini mejadi sebuah cerita yang bisa dibilang nekat dan unik. Ternyata ceritanya panjang juga, mohon maaf kalau kebanyakan kalimat di banding foto (soalnya gak ada footage sampai hari terakhir). Cukup sekian cerita kali ini, jika ada salah kata dan ucap mohon maaf ya.

Salam,

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts